Setahun masa pemerintahan Presiden SBY-Wapres Budiono sudah dibayang-bayangi demonstrasi mahasiswa. Demonstrasi ini dilakukan atas nama ketidakpuasan terhadap kinerja duet tersebut selama satu tahun ini. Tanggapan yang diberikan pun beragam. Di surat-surat kabar, kita bisa melihat komentar pembaca. Ada yang mendukung gerakan mahasiswa tersebut, ada yang mencibir, ada pula yang menengahi (yang sok bijak juga banyak!). Yang jelas, ramainya masyrakat melempar respon adalah pertanda demo mahasiswa masih memiliki impact yang signifikan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.
Kata 'demonstrasi' (demo) atau demonstration telah digunakan sejak pertengahan abad ke-19, menggantikan monster meeting yang sama-sama merujuk pada kumpulan besar orang yang mengajukan protes. Demo merupakan sebuah usaha proaktif untuk menunjukkan sikap (makanya jangan asal mengomentari demo sebagai 'omdo' alias 'omong doang'). Demo juga dapat dikategorikan sebagai usaha intervensi. Aktifitas ini umumnya digunakan untuk menyatakan sudut pandang kolektif secara positif maupun negatif mengenai isu-isu politik, ekonomi, dan sosial.
Demonstrasi punya beberapa bentuk. Di antaranya:
- March, sekumpulan orang berjalan dari satu titik ke titik lain
- Rallies, saat orang berkumpul untuk mendengarkan orasi atau orasi musik
- Picketing, orang berkumpul "mengepung" satu tempat
- Sit-ins, atau pendudukan dalam jangka waktu tertentu
Mengapa saya harus menuliskan bentuk-bentuk demonstrasi, karena mahasiswa perlu memanfaatkan variasi demo untuk menggolkan tujuannya. Niat baik dan semangat membaja , tapi jika strategi memble, "lawan" Anda akan memandang sebelah mata. Penting dilakukan ketika berdemontrasi adalah mengatur strategi. Dari pengamatan saya, demo-demo mahasiswa di Indonesia belumlah diatur dengan strategi yang matang, sehingga kekuatannya tidaklah besar. Padahal, apabila dimengerti, sebuah demonstrasi dapat berlangsung efektif dan memberi impact tanpa mengeluarkan jurus-jurus anarkis. Belum tentu suatu yang anarkis itu bisa membuka peluang berhasilnya sebuah demo. Yang ada malah jatuh korban sia-sia.
Sebuah poin lagi yang patut dipikirkan mahasiswa adalah pendidikan demokrasi. Yang dimaksud dengan pendidikan demokrasi di sini adalah bahwa yang diperjuangkan adalah rakyat, bukan cuma atas nama mahasiswa. Berarti, mahasiswa bertanggung jawab mendidik rakyat berdemokrasi dengan benar dan bersih. Mengonsep demonstrasi jauh-jauh hari agar masyarakat semakin bersimpati dan memberikan dukungannya. Catat hal-hal yang didukung, bukan sekedar kritisi. Hal-hal yang diperjuangkan untuk rakyat perlu disosialisasikan dengan gencar, dengan solusi yang nyata, daripada hanya melontarkan kritik dan menyuruh turun. Dengan demikian kita bisa meraih simpati serta dukungan dari rakyat. Masa' mahasiswa kalah dengan calon legislatif atau kepala daerah yang mengumbar janji-janji? Bukannya saya ingin mahasiswa mengumbar janji, lho..tapi kita tetap berpegang bahwa perjuangan ini untuk rakyat. Kalau rakyatnya tidak tahu, yang terjadi malah demo menuai hujatan dan keluhan lebih banyak daripada suport. Oleh sebab itu, usunglah tema yang dekat dengan rakyat sejalan dengan kritik yang dilontarkan. Keduanya harus seimbang. Rakyat butuh tahu mengapa demo ini penting untuk mereka.
Dari demonstrasi mahasiswa, saya merindukan follow-up. Memang sih...kalau mahasiswa konsen demo terus, belajarnya kapan? Tapi bila ingin benar-benar suaranya HARUS didengar menembus gedung parlemen (saya yakin Anda tidak mau berakhir jadi tukang teriak yang dimaki-maki karena menyebabkan macet), yang berartiiii...mahasiswa memang berjuang demi rakyat, saatnya memikirkan follow-up yang serius. Apa tindak lanjutnya? Publikasi? Dialog? Petisi? Perumusan tuntutan? Koordinasi? National assembly? Mari belajar dari Revolusi Perancis yang sukses karena kaum intelektual dan rakyat berkoordinasi. Belajar pula dari pergerakan-pergerakan mahasiswa Indonesia sepanjang sejarah bangsa kita. Rakyat jangan sampai dibiarkan meliar begitu tapi buru-buru diadvokasi. Saya pikir, ini juga saatnya mahasiswa bergerak mengadvokasi ketidakpuasan masyarakat daripada terjadi kerusuhan. Daripada ditunggangi pihak yang tidak-tidak. Butuh waktu, tapi matang.
Bisa?
Bisa lah!
No comments:
Post a Comment